Thursday, September 07, 2006

memilih untuk kontemplasi

ada sebagian manusia yang menganggap bahwa hidup kita membutuhkan penguatan pada sisisisi spiritualitasnya. olehnya itu, terkadang kita diminta untuk sekalikali mekukan kontemplasi untuk mengisi sisi spiritualitas kemanusiaan kita.

untuk menfasilitasi proses kontemplasi itu, manusia kemudian mengembangkan berbagai macam metode, jalan, atau tarekat. ada yang bersumber dari ajaran agama tertentu, ada pula yan murni hanya ajaran spiritual yang diajarkan oleh para guru dari beragam sekte meditasi dan pertapaan.

namun terkadang ketika manusia menempuh jalan kontemplasi ini, mereka cenderung membenci kehidupan yang bersifat duniawi dan materi. mereka tenggelam dalam tapa, meditasi, uzlah dan apapun nama praktek yang menjauhi kemewahan dan kehidupan dunia.

bukankah tindakan ini merupakan sebuah wajah ekstrimitas pilihan hidup dengan dalih untukmengisi kekosongan ruang spiritual dari jiwa manusia akibat putaran roda kehidupan yang melulu memburu harta dan kemewahan. ini sama saja melawan ekstrimitas dengan ekstrimitas yang lain.

disamping itu, bila kita dituntut untuk melakukan uzlah, apakah ini tidak akan membuat dunia dan kehidupan anusia menjadi jumud? manusia kemudian lebih suka menikmati pengalaman spiritual yang bersifat langitan dan tidak peduli lagi dengan halhal yang bersifat aksi ril. ini berbeda jauh dari ungkapan iqbal, “tindakan adalah bentuk kontemplasi yang tertinggi”.

sepertinya manusia yang melakukan uzlah adalah manusia yang lari dari realitas dan tantangan hidup yang sesungguhnya. dengan bersembunyi dibalik kedok ketenangan dan kedamaian batin, mereka denganmudahnya berkelit untuk tidak berusaha menyelesaikan rintangan hidup yang dialaminya. padahal, “hidup tanpa rintangan bukanlah hidup sejati, orang harus hidup dengan api dibawah kakinya”, demikian iqbal.

No comments: