Wednesday, December 02, 2009

Ikut Workshop LPPD

Selama dua hari, Senin s.d Selasa, 30 Nopember s.d 01 Desember 2009, saya mendapatkan tugas untuk ikut workshop LPPD di Hotel Singgasana Makassar.

Materinya sih sebenernya sangat menarik, cuma cara penyampaian materinya yang membuat saya nggak mud nerima materinya. untung ada yang bisa dimengerti, heheheh..

demi ikut kegiatan ini, saya mengorbankan agenda jalan-jalan ke toraja. padahal seumur-umur, toraja merupakan daerah yang belum pernah aku pijak.

tapi yah, demi pengembangan kapasitas diri, saya relakan mundur dari perjalanan ke toraja. mudah-mudahan suatu hari nanti saya bisa menjejakkan kaki di sana.

Thursday, November 26, 2009

Bos Baru

Sejak Senin,23 November 2009 kemarin, di kantor hadir seorang 'bos' baru.
Namanya Drs. Azikin Sholtan, M.Si. Beliau menggantikan Theofilus Allorerung, SE yang akan menjadi Sekretaris Daerah Kabupaten Tanatoraja.

Kehadiran 'bos' baru ini membuat saya melakukan beberapa reposisi kecil dalam kebiasaan saya. Misalnya tentang jadwal berangkat, nampaknya saya harus lebih cepat nih, soalnya belum tahu kebiasaan 'bos' baru sih.

Kehadiran 'bos' baru diikuti dengan perubahan beberapa pejabat eselon III dan IV di bawahnya. saya sih berharap saja, mudah-mudahan perubahan ini tetap ke arah yang lebih baik.

dan yang pasti, bagi saya yang cuma staf biasa, yang penting gaji lancar, honor mengalir dan kerjaan tidak ada kendala berarti. maka itu sudah sangat menggembirakan. heheheheh....

Thursday, April 30, 2009

Ngantuk Melulu

Diklat sudah tersisa seminggu
saya mulai dihinggapi penyakit lesu
ngantuk melulu

kepala mengangguk-angguk bukan karena ngerti
tapi karena kepala kehilangan kesadaran
entah kemana

tertidur di forum menjadi rutinitas
untung aku duduk di belakang...

uh menyedihkan
gimana bisa mengerti materi?

pasrah pada keadaan
nampaknya aku harus ikhlas
bahwa aku kehilangan konsentrasi...

Monday, April 20, 2009

lagi diklatmenikmati dengan terpaksa

sekarang aku menjalani hari-hari yang sungguh melelahkan
biasanya saya yang ceramahi orang di diklat
sekarang saya yang jadi "korban"

ternyata tidak enak betul jadi peserta diklat
itu kalau instruktur/widyaiswaranya
punya kemampuan pas-pasan mengelola forum

mana materinya membosankan
ditambah denganc ara membawakan materinya yang monoton
tak ada game, ice breaker

yang ada paling slide lucu untuk ngusir ngantuk
tapi aku pikir jauh dari maksimal.

yah.. tapi biarlah
kucoba menikmati denanterpaksa tentunya.

hehehehehe...

Tuesday, March 03, 2009

masih tentang apel pagi

ternyata keresahan tentang apel pagi bukan hanya keresahan saya secara pribadi. hal ini terungkap kemarin siang, pas selesai shalat dhuhur di mushalla kantor. sambil merebahkan punggung yang tegang, kami bertukar cerita ringan selepas sholat.

dari bisik-bisik menanti berakhirnya waktu istirahat siang, terungkap kalau ternyata pelaksanaan apel pagi menimbulkan keresahan yang massif. dengan sedikit memancing, saya melempar tanya “apa korelasi positif antara apel pagi dengan produktivitas?”

respon pegawai yang ada di musholla, baik pegawai senior maupun yang junior bersepakat mengatakan “tidak ada”. nah loh?

“sepanjang saya jadi pns, belum ada yang dapat sanksi hanya karena tidak hadir apel pagi”, demikian celetuk pak mh, yang disambut dengan ketawa terkekeh dari yang lain.

saya kemudian menyampaikan harapanku tentang apel pagi yang menarik. setelah itu pak mi mengomentari bahwa dia juga merasa tidak signifikannya pelaksanaan apel akhir-akhir ini dengan produktivitas, menurutnya “apel pagi kan untuk mengukur sejauhmana kekuatan personil kantor kita pada hari itu”.

tapi tiba-tiba, pak mh nyeletuk lagi, “jangankan apel pagi, menunggak memasukkan lhp saja, tidak membuat seseorang tidak ditugaskan memeriksa.” wah..wah..wah.. makin seru nih…

saya menimpali, “sebenarnya lhp lebih signifikan untuk dijadikan sebagai ukuran produktivitas, bukannya absensi apel pagi kan?”

“itu ibaratnya memperjuangkan sesuatu yang sebenarnya tidak penting!” kembali pak mh berbicara yang disambut dengan derai tawa yang lain.

cerita ngalor-ngidul masih terus mengalir sampai waktu istirahat berakhir. sebagian pegawai bergegas kembali masuk ruangan, sebagian lagi beranjak mencari makan siang di kantin, sedangkan saya sendiri masih terbaring malas-malasan di mushalla.

Thursday, February 26, 2009

apel pagi dan produktivitas

sebelum tulisan ini menjadi begitu panjang, izinkanlah saya menghaturkan sebesar-besarnya maaf bagi para pencinta formalisme dan ketaatan semu. Hal ini menjadi penting karena mungkin saja tulisan ini akan menyinggung perasaan anda dan mengganggu stabilitas jiwa saudara. Tapi walaupun tanpa maaf, tulisan ini akan tetap kulanjutkan, jadi..... tabe’ di....

sudah hampir sebulan ini, kebijakan baru muncul di kantor.... pelaksanaan apel di perketat. Bahkan kebijakan ini diikuti dengan penyediaan absen khusus apel yang berbeda dari absen kerja pagi dan sore.

Sebenarnya persoalan utamanya bukan pada keharusan mengikuti apel pagi, melainkan pada proses pelaksanaan apel pagi tersebut. Sejak 02 februari yang lalu, baru empat kali saya mengikuti apel pagi, itupun baru dua kali saya mengisi daftar hadir peserta apel.

Kehadiran absen apel bukannya membuat saya makin rajin, malah jenuh dengan rutinitas apel ini. Bagaimana tidak, pelaksanaan apel pagi terkesan asal-asalan dan hanya mengejar formalisme kehadiran yang dibuktikan dengan adanya tanda tangan di daftar hadir apel.

Ketika pemimpin apel menyiapkan barisan, kemudian memberi penghormatan umum kepada pembina apel sampai pada saat pembina apel memimpin doa, tak ada kesan sakral yang terasa. Yang terdengar malah celoteh dan cekikikan para pegawai yang mengikuti apel, entah menggosipkan apa dan mentertawakan siapa.

Setelah apel dibubarkan, maka rutinitas yang lebih lucu bagi saya adalah, para peserta apel antri dengan sangat tidak rapi untuk membubuhkan teken di daftar hadir apel. Bahkan terkadang saling berebut, sepertinya inti dari apel pagi adalah pada formalitas tanda tangan di absensi.

Apakah ini substansial, sehingga kebijakan menghadirkan absensi apel pagi ini dikeluarkan? Kalau sekedar ini, maka sungguh merugilah orang-orang yang apel dan hanya datang untuk berburu absensi. Merekalah orang-orang yang lebih mementingkan formalitas kehadiran yang belum tentu berimplikasi positif bagi produktivitas kerja.

Bagi saya, tentu pelaksanaan apel pagi akan lebih bermakna apabila pelaksanaannya tidak sekedar formalitas yang hampa. Alangkah indahnya bila dalam pelaksanaan apel kita menemukan aura kebersamaan yang terbangun melalui sepatah dua kata dari pembina apel yang bisa memotivasi kinerja kita dihari itu.

Selain itu, apel pagi juga bisa menjadi sarana untuk menyampaikan beragam informasi yang dibutuhkan oleh semua pegawai, semisal pengumuman tentang pelaksanaan upacara “hari kesadaran nasional” 17 agustus tiap bulan. Baik itu tentang siapa saja yang bertugas, serta mengingatkan peserta pakai baju apa.
Ataukah misalnya informasi tentang adanya pengusulan pegawai yang yang akan diusulkan menerima penghargaan satyalancana serta berkas apa yang harus disiapkan. Ataukah pengumuman lain yang menjadi informasi penting bagi para pegawai.

Dan yang lebih penting adalah kesadaran dari semua peserta apel pagi untuk memperlakukan apel pagi tidak hanya sebagai rutinitas semu dan ritus hampa, serta untuk berburu tanda tangan di daftar hadir. Selayaknya apel pagi dimaknai sebagai medium konsolidasi hati dan pikiran untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa dan melayani publik dengan standar pelayanan yang memadai sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing personil pegawai.

Saatnya apel pagi diperlakukan bukan sebagai kewajiban melainkan sebagai kebutuhan. Apakah itu mungkin? Itu semua tergantung pada bagaimana format pelaksanaan apel pagi yang dipraktekkan. Yang pasti, bila apel pagi menjadi sesuatu yang menarik, maka saya akan menjadi rajin ikut apel pagi. Terus terang selama ini saya malas ikut apel karena saya tidak melihat signifikansi positif keikutsertaan saya dalam apel pagi dengan produktivitas kerja saya pada hari itu di kantor.

Sekali lagi, Tabe’ di..............................

Wednesday, February 25, 2009

keikhlasan dalam jama’ah...

sore hari, pas mau melaksanakan shalat ashar berjamaah di mushalla kantor, ada kejadian yang membuat saya menjadi terhenyak beberapa jenak. Betapa tidak, peristiwa tersebut menelusup ke dalam relung hati dan imaji politik saya.

saat iqomat selesai dikumandangkan oleh pak zulfikar dan shalat akan segera didirikikan, masalah muncul, siapa yang akan jadi imam? Pak Budiman yang selama beberapa hari terakhir senantiasa menjadi imam sedang tugas di luar kantor, otomatis harus mencari imam baru.

Pandangan para jama’ah kemudian tertuju kepada Pak mukrimin bakri yang selama ini juga biasa menjadi imam. Namun dengan suara lantang beliau menolak, “kakiku masih sakit karena kecelakaan motor, duduk saya menjadi kurang sempurna, saya khawatir mengganggu ke khusyu’an sholat jama’ah kita”.

Setelah itu, pak zulfikar menjadi target man selanjutnya, beliaupun menolak, “wah, tidak bisa begitu. Saya yang adzan, barusan juga saya yang iqamat, kalau bisa yang lain saja”. Wah shalat jamaah terancam bubar nih kalau tidak ada yang jadi imam.

Serta-merta pak surahmanta dengan halus mendorong pak yuswan yasir ke tempat imam dan berujar, “kamu saja, kan gubernur saja kamu pimpin baca doa kalau ada acara”. Pak yuswan yang memang sering baca doa kalau ada acara di kantor tidak punya alasan berkelit, dengan memantapkan hati beliau memimpin sholat jama’ah.

Tapi sebelum shalat benar-benar ditegakkan, pak surahmanta kembali berguman, “wah, seandainya pemilihan presiden seperti ini, betapa indahnya...” sebuah pemilihan pemimpin yang tidak dijalani dengan pencalonan yang jor-joran, tapi seorang pemimpin yang lahir karena pengakuan dan penerimaan yang ikhlas dari semua jama’ah.

Kami semua menjalani shalat ashar berjama’ah sore itu dengan tingkat kekhusyu’an yang lebih. Itu karena jama’ah dibangun diatas fondasi keikhlasan. Para jama’ah dengan ikhlas menerima imam yang memimpinnya, dan tentu sang imam juga ikhlas menerima amanah kepemimpinan.

Friday, February 20, 2009

mendefenisikan masalah

dalam mengarungi hidup ini, kita selalu diperhadapkan dengan berbagai macam pilihan. Pilihan-pilihan itu, sebenarnya tidak ada yang lepas dari masalah, namun yang diinginkan adalah, kita melakukan pilihan dengan meminimalkan masalah yang di timbulkan dari pilihan itu.

agar kita mampu memilah pilihan mana yang paling minimal resikonya, maka dibutuhkan kemampuan untuk mendefenisikan masalah. Kemampuan ini hanya dimiliki oleh orang yang tidak gila atau orang yang sadar akan potensi dirinya.

defenisi orang yang tidak gila disini tidak mengacu pada pengertian medis, namun ini diartikan sebagai simbolis, sebagaimana salah satu riwayat rasulullah SAW berikut ini.

pada suatu hari, rasulullah saw melewati sekelompok orang yang sedang berkumpul. Beliau bertanya, ”Karena apa kalian berkumpul disini?” Sahabat menyawab, ”Ya Rasullullah, ini ada orang gila sedang mengamuk, karena itulah kami berkumpul disini.” Beliau bersabda, ”Orang ini bukan gila., Ia sedang mendapat musibah. Tahukah kalian gila yang benar-benar gila al-maynun haqqal maynun?” Para sahabat menyawab, “Tidak, Ya Rasulullah.”

Beliau menyelaskan, ”Orang gila ialah orang yang beryalan dengan sombong, yang memandang orang dengan pandangan yang merendahkan. Yang membusungkan dada, berharap akan surga Tuhan sambil berbuat maksiat kepada-Nya, yang keyelekannya membuat orang tidak aman dan kebaikannya tidak pernah diharapkan. Itulah orang gila yang sebenarnya. Adapun orang ini, dia hanya sedang mendapat musibah saya.”

Dari riwayat diatas dapat dilihat bahwa orang gila itu adalah orang yang tidak sadar posisi, fungsi dan perannya, sehingga dia tidak tahu mendefenisikan sesuatu, apakah itu masalah atau bukan bagi diri dan lingkungan dan lembaganya.

Ketidakmampuan mendefenisikan masalah biasanya muncul karena kita tidak mengetahui posisi, fungsi dan peran kita di tengah sebuah struktur sosial, dan yuga adanya ketidakyelasan arah dan tuyuan dari tindakan yang kita lakukan.

Seringkali hal ini yuga dipengaruhi oleh tingginya subyektivitas kita dalam melihat dan menganalisis sesuatu, sehingga kadang, bahkan senantiasa kita menuntut agar orang lainlah yang harus mengerti dan memahami kedudukan kita, dan kita enggan untuk mencoba memahami orang lain.

Ini semua karena keengganan kita untuk membangun sebuah komunikasi yang intens dan lebih cendrung memilih diam dan terpaku serta memaki orang lain dalam hati. Kita membangun sebuah benteng pertahanan untuk mengantisipasi serangan yang sebenarnya hanya ada dalam angan-angan kita.

Seperti inilah orang-orang yang disinyalir oleh Rasulullah dalam haditsnya diatas, sebagai al-maynun haqqal maynun. Orang yang merasa diri lebih, karena itu menuntut hak-hak dan ingin diperlakukan secara istimewa, Bila sudah seperti ini, lalu apa bedanya kita dengan Iblis La’natullah Alaihi? (Lihat Q.S. 2 : 34)

Saturday, February 07, 2009

Friday, February 06, 2009

celakalah si sombong!

pernah membaca ayat ini dalam AL QUR’AN?
“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, [yaitu] orang-orang yang mengingat ALLAH sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi [seraya berkata]: ‘Ya TUHAN kami, tiadalah ENGKAU menciptakan ini dengan sia-sia, maha suci ENGKAU, maka peliharalah kami dari siksa neraka’.”

saya tersentak kaget ketika mendapatkan riwayat yang menceritakan bagaimana rasulullah MUHAMMAD SAW merespon turunnya ayat 190-191 dari surah ali imran dari AL QUR’AN ini. bulu kuduk saya merinding, mata saya perih akibat tangis ketakutan atas kesombongan diri selama ini.

syahdan pada suatu malam ketika MUHAMMAD SAW berada di pembaringan di samping istrinya yang belia, AISYAH RA, tiba-tiba beliau berbisik kepada istrinya tersebut, “relakah dikau duhai istriku, bila pada malam [giliranmu] ini, suamimu beribadah kepada TUHANNYA?”

dengan penuh keikhlasan seorang istri NABY, AISYAH RA menyawab meski dengan hati yang masih diliputi keheranan, “adinda sungguh senang bila abang berada di sisi, tapi adinda pun rela dengan apa yang abang akan perbuat dengan penuh kesukaan.”

MUHAMMAD SAW kemudian bangkit bersuci lalu mendirikan shalat yang begitu khusyu’ …dengan penghayatan yang begitu dalam. dalam shalatnya, MUHAMMAD SAW terlihat menangis sesenggukan sampai air matanya membasahi ikat pinggang yang melilit perutnya.

seusai shalatnya, MUHAMMAD SAW melanyutkan dengan untaian doa puyian yang demikian syahdu, masih dalam keadaan menangis …sampai-sampai air matanya membasahi lantai sampai waktu subuh menyelang.

BILAL RA, sang muadzin utama yang sudah menanti kedatangan MUHAMMAD SAW di masyid, menunggu dengan penuh keheranan. gumannya, “tidak biasanya rasul ALLAH telat ke mesyid untuk shalat [sebelum] subuh, ada apakah gerangan yang tengah teryadi?”

dengan harap-harap cemas, BILAL RA mendatangi rumah MUHAMMAD SAW untuk menanyakan gerangan apa yang tengah berlangsung dan didapatinya MUHAMMAD SAW sedang menangis, “duhai rasul kecintaan ALLAH, mengapa engkau menangis sedemikian? apa yang teryadi? bukankah ALLAH telah mengampuni segala dosamu?” tanya BILAL RA kepada MUHAMMAD SAW.

dengan masih sesenggukan, MUHAMMAD SAW menyawab, “betapa aku tidak menangis wahai BILAL, semalam ALLAH berfirman kepadaku “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, [yaitu] orang-orang yang mengingat ALLAH sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi [seraya berkata]: ‘Ya TUHAN kami, tiadalah ENGKAU menciptakan ini dengan sia-sia, maha suci ENGKAU, maka peliharalah kami dari siksa neraka’.”

kemudian MUHAMMAD SAW melanyutkan, “tahukah engkau BILAL? sungguh merugilah orang-orang yang membaca ayat ini namun tidak [mau] menghayati kandungannya.”

sudahkah kita menghayati makna dan kandungan ayat ini dengan seksama? yika belum, apalagi berlagak sombong dan tak mau belayar, sungguh CELAKA! kita telah termasuk orang-orang yang merugi di mata rasulullah MUHAMMAD SAW.

Istriku Melahirkan


tanggal 09 Desember 2008 yang lalu
tepatnya pukul 06.48 menit pagi hari
istriku melahirkan seorang bayi mungil
yang kemudian kuberi nama
"Qoniyah Wafiyah Tenri Bilang"

Tuesday, February 03, 2009

dengan nama TUHAN

bagi kita umat beragama, tentu bukan hal yang asing memulai sesuatu hal dengan menyebut nama TUHAN. dalam ISLAM, seorang muslim dianyurkan untuk memulai semua aktivitasnya dengan melafalkan BASMALAH, …bi ism ALLAH al RAHMAN al RAHIM…

menurut para imam, kiyai, ustadz, tokoh agama dan siapapun menganyurkan lelaku ini, bahwa dengan mengucap ism ALLAH maka diharapkan sebuah pekeryaan terlaksana hanya bersama dengan ALLAH serta terhindar dari gangguan kekuatan negatif …SYAITAN.

setidaknya, ketika kita memulai sesuatu aktivitas dengan ism ALLAH, ini berarti bahwa kita memulai sebuah aktivitas yang didahului oleh sepenggal ikrar …DENGAN [atau DEMI] ALLAH saya memulai pekeryaan, kegiatan dan aktivitas ini.

disamping itu, mengucapkan ism ALLAH di awal aktivitas yuga menunyukkan sebuah keyakinan yang kuat akan kekuasaan dan pertolongan ALLAH. ini berarti pengharapan atas bantuanNYA agar aktivitas, kegiatan dan pekeryaan yang telah dimulai dapat diselesaikan dengan penuh kebaikan dan kesempurnaan.

dengan ism ALLAH, kualitas sebuah aktivitas dengan aktivitas lainnya akan menyadi berbeda. hal ini karena aktivitas yang diantar melalui ism ALLAH tidak akan merugikan orang lain sebab telah dibentengi dari godaan nafsu maupun ambisi pribadi. aktivitas tersebut diliputi oleh berkah al RAHMAN dan al RAHIM.

al RAHMAN adalah curahan rahmatNYA secara aktual di dunia fana ini yang diberikan oleh ALLAH kepada seluruh alam semesta, termasuk manusia [baik yang MUKMIN maupun yang KAFIR] sedangkan al RAHIM adalah curahan rahmatNYA yang akan diberikan olehNYA di akhirat kelak dan spesial hanya kepada umatNYA yang BERIMAN.

yadi yangan pernah berfikir bahwa akan sama kualitas aktivitas yang dengan ism ALLAH atau yang tanpa itu. makanya yangan pernah lupa untuk mengucapkan kalimat singkat ini …bi ism ALLAH al RAHMAN al RAHIM… di setiap awal aktivitasmu agar mendapat keberkahan al RAHMAN dan al RAHIM.

mudah-mudahan anda tidak lupa mengucapkan …bi ism ALLAH al RAHMAN al RAHIM… sebelum membaca tulisan ini.

Sunday, February 01, 2009

kalbu yang bercahaya

sebagian besar kita percaya bahwa kata hati tentu tidak akan menyesatkan dan menipu. saking yakinnya dengan kebenaran kata hati hampir semua kita akan memilih untuk mendengar kata hati bila dihadapkan dengan berbagai hal dalam kehidupan yang membutuhkan penyikapan.

tapi benarkah kata hati kita tidak akan MENIPU? ternyata TIDAK! kata hati bisa saya MENIPU! kenapa demikian? karena memang sudah hakekatnya hati senantiasa berbolak-balik. hati atau yang dikenal pula dengan nama kalbu berakar dari kata “qalaba” [bahasa arab].

kata “qalaba” merupakan sebuah kata kerya yang berarti “membalik”, yadi kalbu pada hakekatnya berpotensi untuk berbolak-balik. kalbu kadang senang, kadang susah. kalbu bisa menerima, pun bisa menolak. inilah kerya hati yang sesungguhnya, tidak pernah konsisten. kecuali hati yang mendapatkan cahaya dari TUHANNYA.

[kata] hati yang disirami cahaya TUHANNYA seringkali diistilahkan dengan hati yang mendapatkan lammah malakiyah [bisikan malaikat], sedang hati yang tersesat adalah hati yang mendapat bisikan syaitan [lammah syaithaniyah]. Hati yang mendapat bisikan malaikatlah yang disebut NURANI.

menurut ustadz QURAISH SHIHAB, kalbu yang disirami oleh cahaya TUHANNYA akan lebih benderang daripada akal. cahaya akal hanya bersumber dari analisis informasi pancaindera yang bersifat fisik material, dan sulit bagi akal untuk menyerap yang tersirat di balik yang tersurat.

sedangkan kalbu yang disinari dengan cahaya TUHANNYA akan benderang oleh pancaran pelita NURUN ALA NUR …cahaya diatas cahaya [q.s. 24 : 35].

hati seperti inilah yang akan berucap tanpa segan “subhanaka la nuhshiy tsana’a [an]’alaik[a] anta kama atsnaita ala nafsika” …maha suci ENGKAU ya ALLAH, kami tidak mampu memuyiMU sebagaimana layaknya puyian untukMU. Puyian [kami] untukMU adalah seperti puyianMU atas diriMU.

dan dengannya pula kita bisa mengamalkan anyuran dari REMY SYLADO dalam novelnya KERUDUNG MERAH KIRMIZI, “kalahkan nalar dengan naluri, lalu bangun dengan nurani” dengan kata hati yang telah mendapatkan lammah malakiyah [bisikan malaikat].