Thursday, December 28, 2006

Catatan Lampung

akhirnya balik juga aku dari lampung!!!
puas, gembira, jengkel dan juga sedih........

puas karena aku bisa melaksanakan rencana dengan baik.
gembira karena sambutan teman-teman di lampung begitu riang.
jengkel karena, pas pulang saat bus singgah di Merak.
aku mampir makan dan bus berangkat meninggalkan aku.
sedih karena harus pulang cepat-cepat.

di Lampung juga seru banget tuh. soalnya aku tidak di Bandar Lampung.
aku berkunjung ke kabupaten Tulang Bawang. tepatnya di kota Menggala.
disana aku disambut oleh teman-teman dengan ceria.
maklum kunjungan dari Jakarta nih.

hihihihi.. mereka tidak tahu Jakarta tuh sama aja dengan di sana, cuma beda ramai doang. malah disana lebih adem, asri dan banyak pepohonan hijau, maklum daerah perkebunan karet.

rencananya sih aku mau lama-lama, tapi ternyata waktu bisa menjadi alasan yang logis dan bisa diterima semua orang ketika kita akan melakukan pilihan sikap. aku pulang dengan alasan bahwa waktu kunjungan sudah habis.

wakakakak.. kayak pejabat saja ya...
padahal...pejabat kere...
tapi jujur deh, aku suka Menggala.
aku sih buat beberapa puisi bisa dibaca disini

Wednesday, December 20, 2006

Besok Ke Lampung

meski aku belum pulih benar. seorang teman mengajakku ke lampung. tepatnya di daerah tulang bawang, lampung timur. kembali lagi, persoalannya aku sudah janji dan tak mungkin aku menolaknya selama aku masih bernafas dan hidup.

selama sakitku, aku ditemani seorang teman yang rajin mengirimiku sms, kalau aku kehabisan pulsa, aku cuma bisa call me kepadanya. dia tampaknya mengerti aku kehabisan pulsa, maka dia akan mengirimiku pulsa sekedar agar aku bisa membalas smsnya. sungguh mulia dia, semoga Allah memerinya rezeki yang banyak.

ada lagi seorang teman yang membuatku sedikit gemanaaaa getho.... dia selalu sms dengan nada yang membuat kepalaku pening. sudah sakit, diajak diskusi filsafat pula. dia menanyaiku tentang hakikat kematian dan pernikahan. bahkan terakhir, dia menanyaiku trik untuk mengundang kematian datang. aku jadi pusing................

Monday, December 18, 2006

Kesehatanku Terganggu

beberapa hari terakhir kesehatanku agak terganggu. beberapa waktu kemarin (13-14 desember 2006) aku ikut seminar internasional di sebuah hotel di Jakarta Pusat. nah disinilah sumber masalahnya. ruangan seminarnya ber-AC sementara aku tidak tahan. pada hari kedua, ketika pulang, aku masuk angin sampai muntah-muntah.

belum hilang rasa capek dan lemasku, seorang teman datang dan "memaksa"ku ikut dia ke bogor malam harinya dengan naik motor. lengkaplah sudah penderitaanku. sudah lemas, masuk angin dan muntah-muntah diajak naik motor ke bogor malam-malam. hujan lagi...

tapi mau bagaimana lagi...aku sudah janji untuk ikut..sepertinya selama nafas masih berhembus, sangat sulit aku mem"pending" janji yang telah kuucap. meskipun akhirnya aku hanya bertahan semalam di bogor. besoknya aku kembali ke jakarta. sakitku menjadi-jadi...aku tergeletak istirahat...

Wednesday, December 13, 2006

Aku Makin Tua

Senin kemarin (11/12/2006) usiaku bertambah tua... sekarang aku sudah 27 tahun. kulalui hari itu dengan biasa-biasa saja. Tak ada kado, tak ada traktiran, tak ada tart, juga tak ada siram-siraman.

Yang membuatnya berbeda dengan hari yang lain adalah karena beberapa teman dekat (dekat banget nih) mengingatkanku pada hari yang selalu berusaha kulupakan (karena mengingatkanku bahwa aku makin tua) ini. mereka mengirim sms ucapan selamat ataupun wallpaper...

seorang kawan malah mengirimiku kartu elektronik...
anda juga bisa menikmatinya disini...

Friday, December 08, 2006

Mom of The Year 2006

Sambil bercanda, saya mengirim sms kepada beberapa teman yang bunyinya begini
“siapa yang bisa menjadi Mom of The Year 2006 menurutmu, apakah Teh Ninih (istri Aa’ Gym) atau Syarmila (istri Yahya Zaini)?”

Beberapa saat kemudian teman tersebut menjawabnya
“Aku lebih memilih ketua Kohati Makassar sekarang ini, anda setuju dengan saya?? Berarti anda dapat banyak keberuntungan..”

Teman yang lain menjawab
“menurutku Teh Ninih (istri Aa’ Gym), tapi kalau saya disuruh memilih selain pertanyaannya, semua ibu berhak mendapatkan.”

Sebuah sms malah mengajak bercanda
“Girl of The Year 06 adalah para akhwat yang terus menanti pinangan sang ikhwan...mereka menunggu dengan cemas, adakah jodoh dari Tuhan? Segera hadir dengan DAFTAR GAJI PNS sebagai MAHARnya!”

Bagi saya sendiri, kedua-duanya berhak mendapatkan gelar tersebut, karena mereka telah mampu membuktikan dedikasi dan kesetiaan mereka (bukan pada suami) pada keutuhan keluarga ditengah goncangan badai yang melanda. Merekalah

Teh Ninih, demi menunjukkan ketaatannya kepada Allah untuk menjadi istri yang shalehah dan ibu yang baik bagi anak-anaknya, tetap setia mendampingi Aa’ Gym meskipun tahu bahkan harus merestui Aa’ Gym menikah lagi. Sementara Syarmila, demi menjaga keutuhan rumahtangga dan kepentingan masadepan anak-anaknya, juga tetap setia mendampingi Yahya Zaini meski tahu suaminya telah selingkuh dengan wanita lain.

Bagaimana dengan anda? Milih teh Ninih atau Syarmila? Atau anda punya kandidat lain?

Poligami dan Keadilan

Beberapa waktu terakhir, perbincangan tentang poligami sedang marak diruang publik kita, bahkan sampai menjurus pada polemik yang tdak berkesudahan. Ada pihak yang menyepakati bahkan mendukung poligami, ada yang menolak dengan mati-matian. Bahkan presiden SBY sampai harus memberikan perhatian khusus atas masalah ini.

Keadaan ini dipicu oleh aksi Aa’ Gym yang menikah lagi untuk yang kedua kalinya. Sungguh besar resonansi pilihan tindakan ini, keseharian publik Indonesia tidak pernah lepas lagi dari perbincangan tentang poligami. Yang menarik adalah karena Aa’ Gym melakukan ini bukan dengan sembunyi-sembunyi melainkan dibawah izin sang istri tercinta, Teh Ninih.

Memang yang menjadi perdebatan serius terkait dengan persoalan poligami ini adalah kesiapan dan kemampuan seorang suami untuk berbuat adil diantara istri-istrinya. Disinilah picu perdebatan yang terjadi, para penolak poligami mengatakan bahwa adalah nonsense untuk bisa berbuat adil, karena itu jangan berpoligami.

Tapi sepanjang pengamatan saya, mereka yang menolak poligami ternyata mengukur keadilan dengan sangat kuantitatif dan material, padahal sesungguhnya keadilan kualitatif dan psikologislah yang mendasar. Sehingga dalam hal ini saya mendukung poligami selama semua pihak yang terkait tidak ada yang merasa terdzalimi dengan keadaan itu.

Thursday, December 07, 2006

Poligami dan Keadilan

Beberapa waktu terakhir, perbincangan tentang poligami sedang marak diruang publik kita, bahkan sampai menjurus pada polemik yang tdak berkesudahan. Ada pihak yang menyepakati bahkan mendukung poligami, ada yang menolak dengan mati-matian. Bahkan presiden SBY sampai harus memberikan perhatian khusus atas masalah ini.

Keadaan ini dipicu oleh aksi Aa’ Gym yang menikah lagi untuk yang kedua kalinya. Sungguh besar resonansi pilihan tindakan ini, keseharian publik Indonesia tidak pernah lepas lagi dari perbincangan tentang poligami. Yang menarik adalah karena Aa’ Gym melakukan ini bukan dengan sembunyi-sembunyi melainkan dibawah izin sang istri tercinta, Teh Ninih.

Memang yang menjadi perdebatan serius terkait dengan persoalan poligami ini adalah kesiapan dan kemampuan seorang suami untuk berbuat adil diantara istri-istrinya. Disinilah picu perdebatan yang terjadi, para penolak poligami mengatakan bahwa adalah nonsense untuk bisa berbuat adil, karena itu jangan berpoligami.

Tapi sepanjang pengamatan saya, mereka yang menolak poligami ternyata mengukur keadilan dengan sangat kuantitatif dan material, padahal sesungguhnya keadilan kualitatif dan psikologislah yang mendasar. Sehingga dalam hal ini saya mendukung poligami selama semua pihak yang terkait tidak ada yang merasa terdzalimi dengan keadaan itu.