Tuesday, April 25, 2006

MenoeLis sKaLi laGi

menoelis adalah aktivitas jang tidak bisa dipisahkan dari keseharian manoesia pada saat ini. manoesia jang tidak bisa ataoe tidak pernah menoelis adalah manoesia jang serta merta terkategori sebagai manoesia primitif. bahkan setjara tegas dapat dikatakan bahwa manoesia jang tidak menoelis adalah manoesia jang tidak poenja sedjarah, karena menoelis adalah memboeat sedjarah.

dengan menoelis, manoesia mampoe mengoengkapkan pikirannja dalam medioem kata. menoelis adalah bermain dengan makna melaloei katakata dan tanda batja. manoesia memboeat sedjarahnja dari toempoekan hoeroef terangkai kata, dari kata tersoesoen kalimat, kalimat terbingkai paragraf sampai berpoeloeh, beratoes dan beriboe bahkan berdjoetadjoeta halaman penoeh.

sedjarah berdjoebel, meloeap, toempah dan tertjetjer kemanamana. apa jang memboentjah itoe kemoedian dimamah oleh pembatja jang dengan setia mengoerai katakata dan tanda batja itoe dalam stroektoer rasionja dalam merekonstroeksi pemahaman atas makna jang termoeat. tertjiptalah rangkaian sedjarah pandjang kemanoesiaan. sekelompok makhloek toehan jang pandai berkata dan lihai bertjerita.

roland barthes mengoengkapkan bahwa sedjarah tak lagi mendokoementasikan ‘jang njata’ melainkan mentjipta ‘jang bisa difahami’. dan memang demikianlah adanja. manalah moengkin pemahaman manoesia mampoe dan maoe mentjipta sesoeatoe jang tak bisa difahami dan dimengertinja. boekankah manoesia mengakoe diri boekan makhloek bodoh karena poenja rasio? milik manoesia jang demikian dihargai, dihormati bahkan dipertoehankannja.

lewat rasio inilah logos bertjokol dan bertahta membentoek keradjaan katakata dalam sedjarah oemat manoesia. rasio meraba makna laloe meloekiskannja dalam rasa jang bisa dirasa oleh perasaan. pada akhirnja semoea sedjarah tak lain hanja sedjarah makna, jakni sedjarah rasio pada oemoemnja, demikian oengkap jacques derrida.

laloe apa poela logos itoe? apakah dia seorang sahabat jang dengan toeloes mendjadi karib? ataoekah dia adalah moesoeh jang dengan ikhlas mendjadi akrab? logos adalah kekoeatan mistik firman toehan jang melahirkan makna dan rasio pada kata, djawab peter pericles trifonas. sedjarah adalah kata, rasio sedjarah adalah rasio kata, landjoet peter.

bila demikian adanja, maka kehadiran logos telah mematikan manoesia dan memendjarakan imadjinasinja dalam sekapan makna dan rasio pada kata jang terpatri bakoe dan kakoe. toelisan jang digoreskan oleh manoesia dalam asoemsi sebagai oepaja mengkonstroeksi sedjarahnja hanjalah sebilah pisaoe jang ditoesoekkan langsoeng menemboes djantoeng kemanoesiaan.

toelisan jang terkonstroeksi dalam wadjah kata, bekerdja dalam makna dan rasio menoeroet radhar panca dahana telah memboeat foengsi manoesia jang tjendekia, jang kontemplatif dan mampoe mentjiptakan djarak dengan apapoen lenjap. ditelan kenjataan. ditelan pergerakan hidoep, gelombang peroebahan jang begitoe koeat menghisap. mampoekan manoesia membebaskan imadjinasinja dari belitan kata jang terkonstroek dalam makna dan rasio jang logis dalam katjamata logos?

akhirnja toelisan inipoen hanjalah timboenan kata-kata jang boekannja mentjeritakan kenjataan, melainkan memerangkap rasa dalam pemahaman. laloe boeat apa manoesia menoelis kalaoe toelisan itoe malah balik memboenoeh para penoelis? memboenoeh manoesia? menoelis tetap penting dan selaloe diboetoehkan apabila kita mampoe menangkap hakekatnja sebagai ikhtiar manoesia oentoek memioeh hal ikhwal dan memadatkan realitas dalam roeang pemampatan imadjinasi.

boekankah imadjinasi adalah satoe-satoenja sendjata dalam perang melawan realita menoeroet djoeles de gaoeltier? inilah barangkali maksoed toehan lebih memerintahkan manoesia membatja daripada menoelis karena menoelis bisa memboeat manoesia berimadjinasi liar bahkan mendjadi toehan sekalipoen. sementara membatja akan memendjara manoesia dalam makna dan rasio jang dihasilkan oleh logos. boekankah logos nama lain dari toehan?

--tjatatan oentoek kemandoelan menoelis--

Sunday, April 23, 2006

mEncUci aTau MeniKah

pagi ini aku tidak tidur lagi setelah shalat subuh, tidak seperti pagi-pagi biasanya. rencananya, aku mau mencuci. sudah tiga hari ini rendamanku tidak terjamah. tapi sayang, air tidak mengalir.

sepanjang usiaku yang sudah memasuki tahun ke 26 ini, ternyata mencuci menjadi satu masalah yang tidak bisa disepelekan. bahkan kadang aku merasa, memunculkan semangat untuk mencuci sama peliknya dengan menjawab pertanyaan, kapan aku menikah dari beberapa kawan.

padahal secara teori sih keduanya mudah saja. kalau mau menikah,kita tinggal mengambil langkah tiga SI (kolekSI, selekSI lalu resepSI). begitupun dengan mencuci, hanya butuh beberapa langkah kecil dan kita tinggal menunggu pakaian kering yang bersih di sore hari.

tapi ternyata malas menjadi musuh bagi keduanya. memang malas bisa jadi alasan sampai tidak menikah? tentu saja! mana ada gadis yang mau menikah dengan jejaka yang mencuci pakaiannya sendiri saja malas, apalagi mencucikan pakaian istri? (nah loh…).

kata seorang teman, kalau malas nyuci, solusinya ya…. menikah saja. kalau kau menikah, bukan cuma persoalan mencuci saja yang selesai, tetapi juga persoalan lainnya. kalau punya istri, ada yang nyuciin pakaian, ada yang sediaiin makan dan ada yang mijitin kalau lelah.

sepintas lalu sih memang oke, ibarat kata pepatah, “sekali merengkuh gadis, dua tiga kebutuhan terpenuhi” (pepatah dari mana nih?). tapi kalau dipikir secara lebih mendalam ternyata tidak sesederhana itu.

kalau alasan menikahnya cuma itu, lebih baik aku beli mesin cuci saja untuk cucian, rice cooker untuk makan, terus ke panti pijat kalau lelah. soalnya, kalau dengan istri, mereka pasti bawel dan rewel. minta dibelikan gincu, diantar belanja… wah pokoknya ribet deh. kalau mesin cuci dan rice cooker, kan tinggal colok aja.

eh… kok ngelantur sampai kesana sih ceritanya. padahal tadi aku cerita tentang mencuci. emang sih, cerita tentang menikah tidak lantas membuat cucian saya lalu bersih dengan sendirinya. tapi minimal cerita ini membuat muka saya ceria dan ada semangat untuk mencuci.

tentang mencuci dan menikah, aku jadi teringat dengan muhammad dan mahatma gandhi, meskipun mereka adalah orang besar dalam sejarah (dan tentu punya istri), tapi mereka tetap melakukan halhal kecil dalam hidupnya seperti mencuci dan menjahit sepatunya sendiri.

Thursday, April 20, 2006

RinDu daN raSa lapaR

aku tidak tahu dengan pasti, apa hubungan antara rasa lapar dengan kerinduan. soalnya, setiap aku lapar, maka aku akan teringat dengan sahabatsahabat dekatku dulu di makassar. tentunya sahabatsahabat yang pernah bersamaku berlaparlapar dahulu. tapi memang aku termasuk orang yang tidak punya banyak sahabat, sebab yang bisa aku kaegorikan sebagai sahabat hanyalah mereka yang tetap mendampingiku saat kulapar.

saat ini aku sedang rindu berat dengan mereka, aku terkenang kembali dengan masamasa dimana kami saling mentertawakan ke-kere-an kami semua. sebungkus mie instan di-embat bertiga. tapi bagiku, itulah saatsaat paling berkesan dalam hidupku, ya selama bersama merekamereka itu.

tapi yang masih mengganjal sebenarnya adalah perasaan rinduku ini. aku masih ragu akan persahabatanku dengan merekamereka itu. kenapa aku hanya bisa mengingat dan mengenang mereka dengan baik disaat aku lapar dan merasa miskin? kenapa aku masih begitu sulit mengenang mereka disaat aku kenyang dan sedikit sejahtera?

ternyata kondisi ini menggambarkan padaku bahwa aku masih begitu parsial menghargai mereka. aku hanya manganggap mereka sebagai saudara di saat susah dan menderita. aku seringkali melupakan dan tidak merasa begitu menghargai mereka disaat penderitaan itu berlalu. aku masih menyimpan pamrih dalam persahabatan dengan mereka.

aku masih gagal dalam membangun persahabatan dan persaudaraan sejati. mereka hanyalah aku jadikan sebagai candu dan penghibur hati dikala sendiri dan sedih. aku bukanlah seorang sahabat yang baik, aku hanyalah seorang manusia yang tidak mau menderita sendiri sehingga menggiring orang lain untuk saling mengikat dan mengangkat janji sebagai saudara, tentu hanya dalam persoalan penderitaan.

sebenarnya aku ingin sekali memperbaiki keadaan ini, tapi apakah aku masih punya kesampatan untuk itu? dan apakah saudarasaudaraku yang selalu kukenang hanya dalam kelaparanku itu mau memberikan kepadaku satu kali kesempatan saja? aku sih berharapnya begitu, semoga saja kesempatan itu masih terbuka lebar buatku.

namun persoalan terbesarnya adalah, aku masih sulit mengenyam kesejahteraan dan kebahagiaan. melulu harihariku diisi dengan rasa lapar dan penderitaan, sehingga hampir tiap hari aku bisa mengingat mereka senantiasa. jadi memang tidak sepenuhnya juga aku bisa disalahkan bahwa aku tidak mengingat mereka di saat keyang dan sedikit sejahtera.

tentu kelaparan yang kumaksud bukanlah hanya kelaparan dan penderitaan fisik, tapi tentu juga kelaparan dan penderitaan yang bersifat psikis. aku masih gagal untuk membangun kebahagiaan dan kesejahteraan. aku belum bisa membuat hatiku tenang dan riang gembira dalam berbagai macam situasi dan kondisi fisik.

sepertinya aku harus belajar untuk refleksi dan merenung. aku teringat pesan tan malakabergelap-gelaplah dalam terang, berterang-teranglah dalam gelap!”. semoga aku bisa menjadi manusia yang adil bahkan dalam pikiran sekalipun. termasuk aku mampu mengenang dalam kondisi apapun merekamereka yang selama ini hanya bisa aku kenang dalam kondisi lapar dan menderita.

riNdu dAn raSa laPar

aku tidak tahu dengan pasti, apa hubungan antara rasa lapar dengan kerinduan. soalnya, setiap aku lapar, maka aku akan teringat dengan sahabatsahabat dekatku dulu di makassar. tentunya sahabatsahabat yang pernah bersamaku berlaparlapar dahulu. tapi memang aku termasuk orang yang tidak punya banyak sahabat, sebab yang bisa aku kaegorikan sebagai sahabat hanyalah mereka yang tetap mendampingiku saat kulapar.

saat ini aku sedang rindu berat dengan mereka, aku terkenang kembali dengan masamasa dimana kami saling mentertawakan ke-kere-an kami semua. sebungkus mie instan di-embat bertiga. tapi bagiku, itulah saatsaat paling berkesan dalam hidupku, ya selama bersama merekamereka itu.

tapi yang masih mengganjal sebenarnya adalah perasaan rinduku ini. aku masih ragu akan persahabatanku dengan merekamereka itu. kenapa aku hanya bisa mengingat dan mengenang mereka dengan baik disaat aku lapar dan merasa miskin? kenapa aku masih begitu sulit mengenang mereka disaat aku kenyang dan sedikit sejahtera?

ternyata kondisi ini menggambarkan padaku bahwa aku masih begitu parsial menghargai mereka. aku hanya manganggap mereka sebagai saudara di saat susah dan menderita. aku seringkali melupakan dan tidak merasa begitu menghargai mereka disaat penderitaan itu berlalu. aku masih menyimpan pamrih dalam persahabatan dengan mereka.

aku masih gagal dalam membangun persahabatan dan persaudaraan sejati. mereka hanyalah aku jadikan sebagai candu dan penghibur hati dikala sendiri dan sedih. aku bukanlah seorang sahabat yang baik, aku hanyalah seorang manusia yang tidak mau menderita sendiri sehingga menggiring orang lain untuk saling mengikat dan mengangkat janji sebagai saudara, tentu hanya dalam persoalan penderitaan.

sebenarnya aku ingin sekali memperbaiki keadaan ini, tapi apakah aku masih punya kesampatan untuk itu? dan apakah saudarasaudaraku yang selalu kukenang hanya dalam kelaparanku itu mau memberikan kepadaku satu kali kesempatan saja? aku sih berharapnya begitu, semoga saja kesempatan itu masih terbuka lebar buatku.

namun persoalan terbesarnya adalah, aku masih sulit mengenyam kesejahteraan dan kebahagiaan. melulu harihariku diisi dengan rasa lapar dan penderitaan, sehingga hampir tiap hari aku bisa mengingat mereka senantiasa. jadi memang tidak sepenuhnya juga aku bisa disalahkan bahwa aku tidak mengingat mereka di saat keyang dan sedikit sejahtera.

tentu kelaparan yang kumaksud bukanlah hanya kelaparan dan penderitaan fisik, tapi tentu juga kelaparan dan penderitaan yang bersifat psikis. aku masih gagal untuk membangun kebahagiaan dan kesejahteraan. aku belum bisa membuat hatiku tenang dan riang gembira dalam berbagai macam situasi dan kondisi fisik.

sepertinya aku harus belajar untuk refleksi dan merenung. aku teringat pesan tan malakabergelap-gelaplah dalam terang, berterang-teranglah dalam gelap!”. semoga aku bisa menjadi manusia yang adil bahkan dalam pikiran sekalipun. termasuk aku mampu mengenang dalam kondisi apapun merekamereka yang selama ini hanya bisa aku kenang dalam kondisi lapar dan menderita.

Monday, April 17, 2006

LelaKi boDoh

malam sudah begitu larut
rasa hati gelisah oleh ingatan

ternyata ingatan adalah belitan tak berujung. dia membelit dan membetot imajinasiku. aku takut, sungguh aku takut. tarikan ini menyeretku kearahmu. tergesa, sungguh sangat tergesa. aku coba tuk selalu membangun jarak, kita harus bisa menahan rindu. rentang ruang dan waktu yang memisahkan ini harus bisa kita bina demi cinta.

bukankah jarak membuat kita bisa saling memahami? kita bisa saling mengamati secara lebih jernih. terus terang aku begitu tersiksa, tapi aku tak tahu harus bagaimana lagi selain menulis puisi dan melantunkan do’a.

terus terang, gelisah ini terus menghantuiku. ini karena aku sadar tentang hubungan kita. “apa ikatan hati tanpa kata pasti cukup kuat membuatmu tuk bertahan?

mungkin aku termasuk lelaki yang memalukan, aku akui aku tak akan berarti tanpamu. bila ikatan kita kan tetap seperti ini, ataukah badai mengancurkan segalanya, aku juga tak tahu. entah sampai kapan aku harus meratapimu.

aku tak pernah lagi mengenal wanita selain dirimu. aku tak bisa lagi menikmati paras indah selain wajahmu. mungkin aku bodoh telah menutup pintu hati bagi wanita lain yang menurut orang lebih darimu.

bagiku, tak ada yang lebih berharga dari milikku. ada sesuatu yang kau punya dan hanya aku yang tahu betapa berharganya itu. itu mungkin remeh bagi yang lain, tapi tidak bagiku. itu harga mati buatku, aku mencintaimu apapun kata orang tentang itu.

aku malah kadang berfikir ‘tuk melangar segala norma
dadaku sesak oleh gumpalan rindu
seperti malam ini

aku bertanyatanya dalam gundah. apa kau juga mengalami hal yang sama? kalau ternyata jawabanmu adalah tidak, tentulah aku orang termalang di dunia. tapi aku sudah tak peduli, aku sudah cukup puas dengan cintaku... ternyata aku bisa mencintaimu dengan begitu dalam.

aku rela malammalamku gelisah. aku ikhlas siang hariku terasa gundah. aku hanya butuh kau tahu. aku takkan berpaling darimu sedikitpun. karena kuyakin aku ditakdirkan begini. ditakdirkan untuk menjadi hamba cintamu.

--catatan disaat rasa cengengku memuncak

Sunday, April 16, 2006

kAt@ meRekA

Bulan lalu tepatnya 7 april 2006 pada pukul 00:01:06, dalam rangka April Mop, saya mendapatkan sms dari seorang teman yang berbunyi begini :
Tau g tiba-tiba saat ini sy tdk mengenal kamu & saya tidak percaya denganmu. Klo kamu mau tau alasannya merenunglah dan introspeksi diri kamu sendiri. Maaf…

saya juga nggak ngerti apa maksudnya, oleh kaena itu, saya berusaha introspeksi diri dengan meminta pendapat beberapa teman tentangku. Ini beberapa pendapat dari teman :

[Wah, bang Kasman! Klo’ dibilang kesan saya padamu,
begitu bertanya-tanya “Siapa Dirimu?”
Ternyata saya tahu dirimu dengan persuasif, bukan tebak-tebakan.
So, thank’s banget tentang penjelasan about HMI DIPO & MPO.
So, lagi yang penting, “Be YourSelf by Your Self”]
Rio Ashadi (Rheeo!)
Ketua Dewan Kerja Nasional Pramuka


[Kamu sedikit misterius, kecerdasan dan intelektualitasmu
akan sangat diperlukan komunitas kita. Pesanku, Keep in Touch Bro!!!]
Eddy Setiawan (Eddy)
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia


[Saya bangga padamu. Dalam pemikiranmu tersimpan begitu banyak hal mulia, keinginan & pengabdian untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain.
Saya belajar banyak darimu. Kamu berbicara sesuatu, diawali dari perenungan & pemikiran yang mendalam. Selalulah berbagi & ‘bimbinglah’ orang lain
agar dapat menemukan inti terdalam dari diri mereka,
seperti halnya kamu telah mendapatkan inti terdalammu sendiri.
Thank’s 4 Everything. You’re The Best!]
Veranita (Ve’)
Aktivis Gemabudhi


[Sebarlah senyum & tetap rendah hati,
cari kebaikan & tulus ikhlas dengan sesama.
Kegelapan dapat menyembunyikan gunung, baru,
mobil mewah dan sebagainya,
tapi kegelapan tidak dapat menyembunyikan persaudaraan & kasih sayang]
Agung E. Ismawanto (Agung)
Ketua Umum Koperasi Pemuda Indonesia


[Kawan bisa menjadi teman yang baik,
bisa menjadi pembanding alternatif terbaik dalam mencari solusi
baik secara pribadi maupun kelompok.
Diam bukan berarti tidak tahu,
kawan ‘diam’ itu berarti ingin dan mau ‘memberi tahu’.
Kawan seorang pemikir dan usahakan tetap menjadi diri sendiri]
Bonifasius Jebarus (Boni)
Aktivis PMKRI


[Berbeda itu indah bung!
Greatfull boy
Bangsa ini butuh pemikir sepertimu
Keep Briliant Mind On You]
Sri Utami (Tamee)
Aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia


[Apa ya????? Kesan pertamaku, aku sungkan, masalahnya so silent,
tapi lama-lama asyik juga.
Jangan nikmati mutiara-mutiara pemikiran-pemikiranmu sendiri.
Berbagi keindahan mutiara dengan sesama adalah yang terbaik]
Zuhriyyah Hidayati (Zuh)
Ketua Umum Kohati Cab. Jakarta Selatan


[Feel Sad… Call Me…!
Feel Lonenly… Dream Me…!
Feel Hungry… Rebus Indomie…!]
Artati (Tati’)
Aktivis DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah


[Kita tetap semangat aja
Jangan lupa nusantara]
Zakeus Rumpedai (Jack)
Aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia


[Diam-diam menghanyutkan
Mana ekspresinya!!!]
Meutia Hayati (Mute’)
Aktivis DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah


[Sikap kalem saudara bukanlah kekurangan
melainkan lebih mempertegas integritas dan kecakapan intelektual saudara]
Yohanis Yeriko Fernando (Yeri)
Ketua Umum PMKRI Cabang Jakarta


[Kesan pertama begitu menggoda
Selanjutnya terserah anda ;p ]
Riyadh Candrawati (Iyadh)
Aktivis Ikatan Remaja Muhammadiyah