Wednesday, February 25, 2009

keikhlasan dalam jama’ah...

sore hari, pas mau melaksanakan shalat ashar berjamaah di mushalla kantor, ada kejadian yang membuat saya menjadi terhenyak beberapa jenak. Betapa tidak, peristiwa tersebut menelusup ke dalam relung hati dan imaji politik saya.

saat iqomat selesai dikumandangkan oleh pak zulfikar dan shalat akan segera didirikikan, masalah muncul, siapa yang akan jadi imam? Pak Budiman yang selama beberapa hari terakhir senantiasa menjadi imam sedang tugas di luar kantor, otomatis harus mencari imam baru.

Pandangan para jama’ah kemudian tertuju kepada Pak mukrimin bakri yang selama ini juga biasa menjadi imam. Namun dengan suara lantang beliau menolak, “kakiku masih sakit karena kecelakaan motor, duduk saya menjadi kurang sempurna, saya khawatir mengganggu ke khusyu’an sholat jama’ah kita”.

Setelah itu, pak zulfikar menjadi target man selanjutnya, beliaupun menolak, “wah, tidak bisa begitu. Saya yang adzan, barusan juga saya yang iqamat, kalau bisa yang lain saja”. Wah shalat jamaah terancam bubar nih kalau tidak ada yang jadi imam.

Serta-merta pak surahmanta dengan halus mendorong pak yuswan yasir ke tempat imam dan berujar, “kamu saja, kan gubernur saja kamu pimpin baca doa kalau ada acara”. Pak yuswan yang memang sering baca doa kalau ada acara di kantor tidak punya alasan berkelit, dengan memantapkan hati beliau memimpin sholat jama’ah.

Tapi sebelum shalat benar-benar ditegakkan, pak surahmanta kembali berguman, “wah, seandainya pemilihan presiden seperti ini, betapa indahnya...” sebuah pemilihan pemimpin yang tidak dijalani dengan pencalonan yang jor-joran, tapi seorang pemimpin yang lahir karena pengakuan dan penerimaan yang ikhlas dari semua jama’ah.

Kami semua menjalani shalat ashar berjama’ah sore itu dengan tingkat kekhusyu’an yang lebih. Itu karena jama’ah dibangun diatas fondasi keikhlasan. Para jama’ah dengan ikhlas menerima imam yang memimpinnya, dan tentu sang imam juga ikhlas menerima amanah kepemimpinan.

No comments: