Monday, April 17, 2006

LelaKi boDoh

malam sudah begitu larut
rasa hati gelisah oleh ingatan

ternyata ingatan adalah belitan tak berujung. dia membelit dan membetot imajinasiku. aku takut, sungguh aku takut. tarikan ini menyeretku kearahmu. tergesa, sungguh sangat tergesa. aku coba tuk selalu membangun jarak, kita harus bisa menahan rindu. rentang ruang dan waktu yang memisahkan ini harus bisa kita bina demi cinta.

bukankah jarak membuat kita bisa saling memahami? kita bisa saling mengamati secara lebih jernih. terus terang aku begitu tersiksa, tapi aku tak tahu harus bagaimana lagi selain menulis puisi dan melantunkan do’a.

terus terang, gelisah ini terus menghantuiku. ini karena aku sadar tentang hubungan kita. “apa ikatan hati tanpa kata pasti cukup kuat membuatmu tuk bertahan?

mungkin aku termasuk lelaki yang memalukan, aku akui aku tak akan berarti tanpamu. bila ikatan kita kan tetap seperti ini, ataukah badai mengancurkan segalanya, aku juga tak tahu. entah sampai kapan aku harus meratapimu.

aku tak pernah lagi mengenal wanita selain dirimu. aku tak bisa lagi menikmati paras indah selain wajahmu. mungkin aku bodoh telah menutup pintu hati bagi wanita lain yang menurut orang lebih darimu.

bagiku, tak ada yang lebih berharga dari milikku. ada sesuatu yang kau punya dan hanya aku yang tahu betapa berharganya itu. itu mungkin remeh bagi yang lain, tapi tidak bagiku. itu harga mati buatku, aku mencintaimu apapun kata orang tentang itu.

aku malah kadang berfikir ‘tuk melangar segala norma
dadaku sesak oleh gumpalan rindu
seperti malam ini

aku bertanyatanya dalam gundah. apa kau juga mengalami hal yang sama? kalau ternyata jawabanmu adalah tidak, tentulah aku orang termalang di dunia. tapi aku sudah tak peduli, aku sudah cukup puas dengan cintaku... ternyata aku bisa mencintaimu dengan begitu dalam.

aku rela malammalamku gelisah. aku ikhlas siang hariku terasa gundah. aku hanya butuh kau tahu. aku takkan berpaling darimu sedikitpun. karena kuyakin aku ditakdirkan begini. ditakdirkan untuk menjadi hamba cintamu.

--catatan disaat rasa cengengku memuncak

No comments: