suasana hati tidak keruan, tindakannya serba salah, semua karena cinta. apakah itu semua patut untuk disalahkan? tentu saja tidak, karena tarikan cinta yang paling kuat adalah saat dimana seorang pecinta berusaha untuk menjadi identik dengan yang dicintainya, sehingga dia akan menjadi kehilangan diri sendiri.
standar penilaian seorang pecinta terhadap benar-salah, baik-buruk, dan indah-jeleknya sesuatu, tidak lagi ditentukan oleh kesadaran dirinya, tapi ditentukan oleh objek cintanya. dalam kondisi seperti ini, standarisasi logis, etis dan estetisnya sesuatu menjadi relatif, serelatif objek cinta dari para pecinta.
ada orang yang mencintai anjing, kucing, anak, istri, teman, rumah, mobil dan sebagainya. dan parahnya lagi, semua ekspresi cinta ini tidak dilakukan dalam bingkai universalitas cinta yang hakiki. sehingga dengan alasan cinta, para pecinta anjing akan bertolak belakang dengan pecinta kucing dan sebagainya.
nah apakah cinta partikular seperti ini dapat dikatakan cinta? tentu tidak, karena cinta hakiki identik dengan kedamaian, harmonitas dan keselarasan. tapi ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh mencintai hal-hal partikular, namun hendaknya cinta partikular itu dilaksanakan dalam bingkai cinta universal.
pertanyaannya kemudian, cinta universal itu seperti apa? cinta universal itu adalah cinta yang objek cintanya adalah ruh universal segala keberadaan, yaitu tuhan. lalu bagaimana cara kita mencintai tuhan yang “nggak level” dengan kita? nah justru karena itulah kita cinta tuhan. sebagaimana dikatakan rabiah al adawijah, “aku mencintai-mu dengan dua cinta. cinta rindu dan cinta karena engkau patut dicinta”
cinta karena rindu maksudnya bahwa karena dia nggak level dengan kita maka kita merindukan-nya, ingin bertemu, dekat, mengadu dan menyatu. sementara cinta karena engkau patut untuk dicinta, maksudnya bahwa telah menjadi fitrah manusia untuk mencintai sesuatu yang lebih dibanding dirinya. nah siapakah yang lebih dibanding dirinya selain dia?
apabila cinta universal ini kita lakukan, maka cinta partikular kita tidak akan menimbulkan kontradiksi, disharmonitas dan chaos, karena cinta partikular kita bekerja dalam satu patron cinta universal.
mari kita mencintai anjing, anak, istri, teman, rumah, mobil, sepatu dan sebagainya, dalam rangka cinta kita kepada allah, dan yakinlah bahwa kesalahan dalam mencinta akan dimaklumi sebagaimana dikatakan jalaluddin rumi, “kesalahan seorang pecinta lebih baik daripada seribu kebenaran”
“jika seorang pecinta itu salah mengungkapkan cintanya,
ia tidaklah salah;
meskipun meneteskan darah”
--jalaluddin rumi--
No comments:
Post a Comment